Sebuah cerita pengantar jendela inspirasi dan karya sesungguhnya

Oct 26, 2020

NEGATIF [chapter 1]

No comments

 

BAB 1 : KELUAR DARI RUMAH

Di rumah aku anak yang pembangkang. Aku sering di bilang anak yang kurang ajar dan tidak patuh. Satu hal yang dia tidak sadari adalah serumah dengan dia adalah suatu hal yang paling tidak nyaman. Dia membuat suasana menjadi redup. Setiap hari cuman dengar ocehan, kemarahan, dan kekerasan.

“mah, aku hanya ingin keluar sebentar.  Aku ingin kerja kelompok dengan teman ku. Rumah teman ku di komplek ini kok, gak jauh. boleh ya ma?”

“Erthan, mama udah bilang berapa kali. Jam segini tidak boleh pergi keluar rumah”

“Tapi mah..”

“ERTHAN! BANDEL BANGET YA JADI ANAK!” teriakan yang menggema seluruh ruangan. Lalu menggunakan kekerasan untuk melampiaskan kemarahan nya.

Kejadian ini yang paling sering ku alami. KETIDAKADILAN. Tidak ada hak untuk speak up di rumah ini. Apalagi anak satu satunya di rumah ini hanya aku. Hanya bisa di tindas, di kekang, dan tidak ada kebebasan. Aku rasanya ingin keluar dari rumah ini...



 

Sore pukul 4 sebelum kejadian

Aku dan teman teman ku baru aja pulang dari suatu tempat yang biasa jadi tempat tongkrongan kita. Tempat itu kita sebut rumah para buangan (RPB). RPB adalah tempat berkumpulnya teman teman ku yang mengalami hal yang sama dengan ku yaitu anak broken home. RPB tempat yang tenang buat kami, yaitu suatu gudang bekas tempat stok barang pabrik yang di tinggalkan. Tempat buangan yang di lupakan seperti kami.

Kami suka berbagi cerita, di antara kami ada yang suka menulis nya dan memasukan ceritanya di wattpad. Ada juga yang suka bikin film, ada juga yang suka koleksi barang barang yang menurutnya keren seperti jaket jaket kece seperti anak motor dan dia yang satu satu nya orang terkaya di antara kita, ada yang anak warnet dia jago dalam bermusik dan dia punya kalangan band sendiri juga, dan yang terakhir adalah anak cewek yang jago bela diri, saking jagonya pernah kita di bantai habis oleh dia.

Kami berenam sejak jam 1 siang sampai jam 4 sore membahas rencana syuting film punya si opek. Opek suka banget jadikan kita sebagai aktornya atau pembantu di belakang layar. Dan yuno yang suka menulis biasanya bantuin si opek tulis materi. Sedangkan yang bikin BGM (background music) adalah josse anak band yang suka pintar dengan nada nada yang dia mainkan. Biasa yang bantu keuangan adalah si anak geng motor si riko. Si cewek bela diri namanya eva. Dia yang bantu dan seni gerakan dan bantu mengarahkan posisi yang baik dan benar. Dan aku bantu proses editing dan kameramen kadang yang lain, ya serabutan dalam bidang ini.

Ini tabel nya untuk mempermudah pengenalan

 

 

NAMA

KELEBIHAN

UMUR

KEBIASAAN

Erthan (aku)

Bantu apa aja

20 tahun

-

Opek (oscar : nama asli)(pekan baru : berasal)

Producer, ide , dll

20 tahun

Gila digital

Yuno

penulis

15 tahun

Pendiam

Riko

kaya

21 tahun

Geng motor

Josse

musisi

18 tahun

Warnet

Eva

Bela diri, bantu pengarahan pemeran

18 tahun

Bantai abis orang kalau ada yang macam macam

 

Pertemuan dengan mereka pun juga cukup unik. Mereka dari umur yang berbeda beda tapi dalam kondisi rumah yang hampir sama dengan ku, membuat pola pikir kita menjadi nyambung ketika bercerita.



Pukul 4 sore di jalan mengarah pulang

“Erthan, hari ini kamu bisa bantu aku syuting film gak? Kata si opek

“aku coba pulang ke rumah dulu minta izin ke mama” kata aku.

Aku malas sebenarnya pulang ke rumah. Melihat mama yang terkesan seperti orang depresi suka marah marah karena hal yang kecil.



Pukul 6 kejadian

Ketika aku membuka pintu rumah, aku melihat mama yang duduk di sofa sambil melihat ke televisi. Ruangan yang terang dengan sinar lampu yang remang mengitari seluruh ruangan tamu yang bersebelahan dengan ruang makan dan dapur. Rambut mama yang panjang menjuntai ke bawah, seketika bergoyang menjauh ketika dia melihat di belakangnya ada seseorang yang baru saja pulang.

“erthan. Mama ada buat masakan untuk mu. Sana makan dulu”

.....

“mah, aku udah selesai makan.”

Aku berdiri dari bangku meja makan lalu berjalan menghampirinya di ruang tamu.

“mah, aku hanya ingin keluar sebentar.  Aku ingin kerja kelompok dengan teman ku. Rumah teman ku di komplek ini kok, gak jauh. boleh ya ma?”

“Erthan, mama udah bilang berapa kali. Jam segini tidak boleh pergi keluar rumah”

“Tapi mah....”

“ERTHAN! BANDEL BANGET YA JADI ANAK!” teriakan yang menggema seluruh ruangan. Lalu menggunakan kekerasan untuk melampiaskan kemarahan nya.

Aku berteriak kesakitan setiap kali dia mengambil alat apapun itu untuk memukul ku. Batin aku berkata kenapa aku yang sudah umur 20 tahun ini masih mendapat pukulan ini? kenapa seperti anak kecil yang harus memakai kekerasan agar bisa mendengarkan?

“MA! BERHENTI! MA!” teriakan ku lebihi ocehan nya yang sambil memukul ku.

Lalu dia berhenti dan bertanya

“masih bisa minta berhenti hah?! Kalau kamu gak bandel, mama juga gak bakal mukul kamu”

Aku berdiri perlahan sambil memegang badan yang masih merasa sakit

“hahaha... gak bakal mukul aku? BOHONG! Mama inget gak kemarin kemarin aku hanya bertanya mama langsung pukul, aku hanya minum sedikit jus mama langsung pukul, aku hanya menyisakan makanan yang aku gak suka hanya sebulir langsung pukul. Kenapa ma? Hal yang sangat sepele langsung main kekerasan?” kata ku yang sambil menangis menahan sakit fisik dan batin.

Ketika mama mendengarkan kata kata ku itu. dia melepaskan rotan dan membiarkan nya jatuh ke lantai. Dia terdiam. Dia menunduk dan seluruh rambutnya jatuh semua ke bawah dan menutupi wajahnya. Lalu terdengar suara ketawa yang mengerikan sambil mengangkat kepala.

“HAHAHAHA”

“mama? Mama kenapa????” tanya ku sambil menggoyangkan badannya

“HAHAHAHA” dia terus seperti itu

“MA! MAMA KENAPA?!” aku semakin panik dengan keadaan seperti ini

“HAHAHAHA” sambil mendorong diri ku sampai terhempas di lantai

“DASAR ANAK SETAN! BERANI BERANINYA KAMU MENGATAKAN HAL SEPERTI ITU?” lalu dia menjambak aku tanpa perasaan dan menarik aku dengan menyeret aku ke dapur.

Dia mengambil spatula besi dan memukulnya dengan kencang ke tubuh ku. Sekujur tubuh ku merasa tak tahan lagi menahan pukulan itu. Aku melihat matanya yang tajam dan dingin dengan tenaga yang kencang menghantam ku lagi dan lagi sampai akhirnya berdarah.

Aku semakin berteriak kesakitan dan meminta berhenti. Aku tak kuat lagi. Hari ini pokoknya harus keluar dari rumah. Aku gak bisa tinggal dengan orang seperti ini. Lama lama aku bisa mati!

Aku langsung menarik spatula itu dan langsung menghembaskannya ke kepala mama. Seketika dia berteriak dan memegang kepalanya kesakitan sampai akhirnya dia meringkuk di lantai. Aku tidak peduli, sakit ku sampai berdarah sedangkan dia, ku pukul kepalanya gak bakal mati juga. Akting yang lebay.

Segera aku berjalan ke kamar dan mengambil tas besar dan memasukan semua barang barang ku ke dalam tas.



Pukul 8 di luar rumah

Aku tak mau balik ke neraka itu lagi.

Berjalan menjauh ke arah rumah teman aku bernama opek untuk membantunya bikin film. Rumah yang berbeda gang saja dengan ku. Dia gangnya jauh lebih sempit dari ku karena dia ngekos dengan biaya yang murah. Dan kos kamarnya hanya bisa untuk 1 orang.

Sesampainya di rumah opek, opek menyambut ku dengan baik.

“pek, kamu ada obat buat luka luar gak?” aku membuka jaket ku dan darah ku mengenai jaket ku.

“erthan, luka mu parah banget. Sabar aku ambil obatnya dulu”

Melihat luka yang begitu banyak, teringat terakhir kali aku melakukan apa. Aku memukul nya dengan keras di bagian kepala. Apakah dia baik baik saja? Apakah dia sudah bangun dan melakukan aktivitas yang senormal nya?

....... tunggu kenapa aku mengkhawatirkannya? Dia aja udah sejahat itu kepada ku, memukul ku tanpa perasaan.

Papa... kalau papa pulang gimana? Apa dia bakal mencari ku dan memukul ku habis habisan? Bagaimana ini?

“nih obatnya. Sini biar aku bantu obati” tiba tiba opek membuka suara dan duduk di sebelah ku

“ssss, sakit” otak ku masih memikir kan hal itu. apa aku coba nanya ke opek, apa yang harus ku lakukan

“pek, tadi aku di pukul oleh mama lagi. Lalu karena aku tak tahan, aku memukul kepalanya hingga dia meringkuk kesakitan di lantai. Lalu aku buru buru keluar rumah tanpa pikir panjang. Nanti kalau papa pulang gimana? Aku harus gimana?”

“seriusan kau? Kamu melakukan hal itu tanpa pikir panjang... papa kamu bisa saja mencarimu dan akan menanyakan soal ini kepada mu nanti” kata opek yang membuat ku semakin takut pulang ke rumah.


To be continued~

Penulis: Devi Stefanny




No comments :

Post a Comment