Sebuah cerita pengantar jendela inspirasi dan karya sesungguhnya

Nov 3, 2020

NEGATIF [Chapter 3]

No comments

 

BAB 3 : MASA LALU

Malam pukul 6:30

Malam ini cukup dingin, biasanya jam segini aku di rumah sedang makan masakan mama, lalu aku main komputer. Kenapa sekarang merasa semakin dingin ya. Aku merasa kesepian.

Ma.. aku kangen mama yang dulu. Mama yang sebelum menikah dengan papa yang sekarang.

#flashback (tahun 2013)

Saat mama menikah lagi dengan papa yang baru, umur ku menginjak 15 tahun. Tahun pertama aku masuk SMA, aku merasa asing karena aku di pindah sekolah yang jauh dengan sekolah ku yang lama. Di sekolah ini aku merasa tertekan, selain pelajaran yang sangat susah, teman teman ku juga tidak ada yang mau mendekati ku. Mereka punya dunia mereka sendiri. Ada geng masing masing. Aku tidak bisa masuk ke dalam setiap geng itu. Tidak ada yang cocok dengan ku.

Sampai akhirnya aku bertemu dengan teman teman ku di tempat yang tak terduga.

Opek (oscar dari pekan baru)

Opek. Itu lah sebutan aku kepada si oscar yang pekat dengan gaya bahasa pekan baru nya. Dia baru datang ke jakarta pertama kali. Dia ingin mencari kerja yang lebih banyak uangnya. Oleh karena itu dia ke jakarta untuk menafkahi keluarganya di pekan baru. Dia hanya punya seorang nenek sebagai orang tua nya. Semangat dia berkarya dan bekerja karena untuk neneknya yang sedang sakit. Di rumah pekan baru nya hanya ada adik perempuannya yang bantu menjaga neneknya.

Hidupnya susah. Tapi dia tak mau di bantu biaya keluarganya. Dia orang yang tak mau membebani orang lain karena biaya.

Dia orang yang semangat berjuang. Terkadang aku sangat mengagumi sifat kepemimpinannya dan semangatnya.

Pagi hari jam 7 tahun 2013 (jalan menuju sekolah)

“duh aku udah telat ke sekolah” aku yang terburu buru berlari ke arah sekolah tak sengaja melihat seorang pria yang kesulitan mencari sesuatu. Dia menengok ke kanan ke kiri sambil melihat ke arah secarik kertas putih yang lusuh.

“brak!” suara yang tak sengaja menabrak orang sampai akhirnya terjatuh.

“maaf saya tidak sengaja maaf saya sedang terlambat ke sekolah” kata ku yang menuduk terburu buru meminta maaf dari pada bangun terlebih dahulu.

“sini aku bantu” Sebuah uluran tangan yang sudah di hadapan ku membantu ku untuk bangun.

“makasih ya” kata ku yang masih tidak melihat wajahnya. Aku terlalu malu atas kesalahan ku sendiri

“hmmm kalau boleh tanya, kamu tau alamat ini?” kata dia bertanya dengan nada yang lembut

“ah disana. Nanti tinggal lurus terus belok ke kiri. Terus belok lagi ke kiri. Udah sampai” kata ku yang semangat menunjuk kearah alamatnya

“makasih ya. Kalau boleh tau nama mu siapa?” tanya dia sambil tersenyum sambil mengulur kan tangannya untuk berjabat

“nama ku erthan. Kamu?” kali ini aku tidak memikirkan keterlambatan ku

“nama ku oscar. Makasih ya erthan” kata dia sambil berlalu mencari alamat itu lagi

Sambil aku kembali berlari ke arah sekolah, aku memikirkan pertemuan yang canggung tadi.



Yuno dan eva

Yuno sang master penulis karangan dan pengingat. Dia terlihat cupu dan muda tapi tulisan dia banyak yang kagum dan menghasilkan uang yang lumayan dari hasil penjualan karya nya yang di terbitkan di gramod, toko buku terkenal.

Dia anak yang pendiam dan tak banyak berbicara. Kerjaan dia hanya menulis karangan dan terus seperti itu. Dia berbeda dengan ku 5 tahun. Dan pertemuan kita cukup unik.

Sedangkan eva adalah anak perempuan tangguh dan kuat. Dia adalah kakak perempuanya yuno. Mereka saling melindungi dan lengkapi. Yuno dengan kepintarannya dan eva dengan kekuatannya. Benar benar membuat orang terkagum melihat keakraban mereka berdua.

Siang hari pukul 1 tahun 2013 (di jalan menuju arah pulang)

Siang itu sedang terik teriknya aku jalan pulang sekolah. Oleh karena itu aku mampir dahulu ke cafe untuk membeli minuman segar.

Sambil menunggu minuman segar ku, aku melihat ke arah kaca sana. Ada seorang pria dengan seragam merah putih. Ketika duduk, badannya terlihat mungil. Terlihat sedang asyik mengetik sesuatu di depan laptop. Dia terlihat menggemaskan dan ada seorang wanita di sebelahnya. Wanita itu mengikat rambut pony tail. Dia sambil berbicara dengan pria itu. Terlihat pacaran tapi bukan pacar juga. Pria itu jauh terlihat lebih kecil daripada wanita itu. Mungkin kakaknya pikir ku.

“nih kak minumannya” kata mbak kasir.

“makasih. Tunggu sebentar” aku sambil meronggoh ronggoh kantong ku dan hasilnya blank (kosong). Seketika wajah ku memerah. Mampus dah aku, kenapa di saat seperti ini gak bawa duit.

“nih pakai uang ku saja” tiba tiba pria itu yang datang memberi uang nya kepada kasir. Spontan aku kaget. Kenapa seorang anak kecil ini yang bayar punya ku. Kalah sama anak kecil :’)



“dek, nama mu siapa?” kata ku sambil mengejarnya keluar cafe. Tapi dia terlalu cepat melangkah. Sampai akhirnya dia berhenti.

..... aku melihat ada dua pria dengan seragam merah putih di depan dia dan dengan gaya nya yang sombong, mendorong pria kecil itu.

“eh anak culun, lu gak usah songong gitu dah yah. Gw suruh lu kerjain pr gw ya tinggal kerjain” kata pria yang di hadapannya dengan postur yang 10 cm lebih tinggi daripada pria kecil itu.

“aku gak ada kewajiban untuk mengerjakan pr kalian” kata pria kecil itu dengan santai sambil menggengam laptop nya di tangan kanan.

Aku sempat berpikir. Kenapa anak sekecil itu masih terlihat berani dengan mereka yang postur tubuhnya lebih besar dari dia. Kalau aku jadi dia mungkin aku sudah kabur. Memang aku anak yang lemah.

“plak plak!” suara itu terdengar ketika seseorang memukul wajah kedua pria yang lebih tinggi itu.

“berani berani nya lu cewek ikut campur!” kata kedua pria itu yang marah sehabis di tampar wanita yang tadi aku lihat di cafe duduk bersama dengan pria kecil ini.

Aku terbelalak dan hendak menghampiri geram ketika melihat wanita dengan baju kaos dengan rok biru itu di jambak oleh kedua pria itu yang bahkan di bawah umur nya.

Wanita itu menggunakan rok SMP menggunakan kaos polos yang luarannya seragam putih SMP. Sedangkan kedua pria itu tingginya sama dengan wanita itu menggunakan seragam SD.

“kalian ganggu orang yang salah!” kata wanita sambil menatap tajam dengan kedua pria itu

Tangan wanita itu memegang kedua tangan pria itu lalu dengan satu hentakan melompat ke belakang tubuh mereka berdua. Kedua pria itu menghadap belakang dan langsung mental jatuh ke aspal kesakitan. Wanita itu langsung menonjok abis abis an ke wajah mereka ketika terjatuh ke aspal. Mereka berteriak minta tolong berhenti. Dan wanita itu dengan lantang berbicara

“ini terakhir kalinya kalian ganggu adik ku. Kalau tidak, aku akan menghabisi kalian tanpa ampun” kata wanita itu yang membuat mereka berdiri dan lari ketakutan

“kak, rambut kakak gak sakit kan?” tanya pria kecil itu.

Aku menghampiri mereka berdua

“makasih ya dek, nama kamu siapa? Aku nanti akan ganti uangnya” tanya ku berhati hati

“lu siapa lagi? mau ganggu adek gw?!” kata wanita itu sambil mengepalkan tangan nya ke hadapan ku

“gak gak.. aku hanya ingin mengembalikan uang yang tadi dia pakai untuk membayar minuman saya ini” kata ku sambil mundur ketakutan

“nama aku yuno” pria kecil itu mengulurkan tangan untuk berjabat dengan ku

“nama aku erthan. Salam kenal. Kalau kamu?” tanya ku kepada wanita di sebelahnya

“eva” jawabnya dingin dan tak melihat ke arah ku

“sudah kak tak apa, tak usah kembalikan uangnya” kata yuno dengan lembut sambil tersenyum. Terlihat menggemaskan

“boleh minta nomor hp kalian? Sewaktu waktu kalau kalian butuh bantuan ku, aku akan membantu”

Kami saling bertukar nomor hp dan dari situ kita berteman.



Siang yang terik berjalan arah pulang dan sesampainya di rumah, melihat mama dan papa sedang duduk di meja makan. Aku menghampirinya dengan semangat.

“ini mama yang masak? Enak banget ma” aku sangat bahagia karena keluarga ku kembali lengkap, ada papa mama.

“bukan erthan. Ini papa yang masak loh” kata papa yang dengan bangga menunjuk ke dirinya

“wah pa, enak banget. Kok papa bisa masak? Lain kali ajarin aku ya”

Hari hari indah yang masih ku ingat. Sampai akhirnya keluarga ku mulai kembali berantakan. Papa jarang pulang, mama mulai tak mengurusi ku. Tapi anehnya dia selalu ingat untuk memasakan makanan untuk ku.

Masa masa aku mulai tak betah di rumah

Tahun 2016

Aku berusia 18 tahun. Tahun di mana sebentar lagi aku akan menghadapi ujian SMA. Anak anak lain sibuk memikirkan kuliahnya dan aku berbeda. Hubungan orang tua ku mulai renggang. Papa jarang sekali pulang. Mama mulai terlihat depresinya. Aku tak mengerti. Kalau pada akhirnya nikah lagi akan seperti ini, lebih baik mama tak usah nikah lagi.

Aku tak berani untuk membahas soal apapun itu kepada mama. Setiap kali aku pulang, aku langsung ke kamar dan main komputer. Lalu kalau bosan, aku ke warnet dan bertemu josse

Josse

Dia anak yang tak ada jam pulangnya ke rumahnya. Warnet bagaikan rumah kedua untuknya. Josse anak yang nakal, dia perokok, gila main game, dan terkadang dia ngamen di pinggir jalan. Seperti tidak ada kehidupan. Aku melihatnya seperti melihat ku di masa depan nanti. Mungkin dia anak broken home jadinya seperti itu. Tapi setelah kenal lebih lama, dia anak yatim piatu, dia tinggal di panti asuhan anak anak.

Dia main game karena ingin juara dalam kompetisi esport. Tapi di sisi lain, dia di tawarkan menjadi pemain band di suatu cafe karena suara dan gaya gitarnya yang khas. Dan akhirnya dia ikut terjun dalam band yang tampil di cafe itu.

Pukul 8 malam di warnet

“kayaknya aku negerasa setiap kali aku datang, dia selalu disini? Apa dia gak pulang ke rumahnya?” kata ku di dalam hati sambil menengok pria itu di bagian pojok kanan.

“YAH! SIAL! S***T!” suara terdengar jelas ketika dia menggeretak meja warnet karena kekalahan dia main game.

Tapi aku terus memerhatikannya, dia mencoba lagi untuk bermain terus.

Di lain hari pukul 7 di cafe

Aku ke cafe bersama teman ku opek karena kita tak sengaja bertemu di jalan. Dia terlihat baru pulang dari supermarket membawa belanjaan.

“oh hay” sapa ku yang melihat dia yang berjalan ke arah balik komplek kami.

“hay” sapa balik dia dengan satu tangan yang tak membawa kantong belanjaan

“kamu ngapain jalan keluar jam malam malam begini?”

“aku hanya mencari angin segar”

Sambil berjalan aku melihat ada sebuah cafe, jadi aku mengajak opek ke cafe.

Di cafe pukul 7:20

“oscar, bagaimana keadaan mu sekarang? Rumah yang kamu tinggali nyaman tidak?”

Kita berdua duduk di dekat panggung cafe. Kursi yang ada sandaran membuat kita nyaman untuk terus berbicara. Perbincangan ini lama lama membahas asal nya darimana dan latar belakangnya. Sejak itulah aku manggil dia opek. Oscar yang lekat dengan logat pekan barunya. Selagi berbincang, ada orang yang jalan ke panggung tengah sambil membawa gitar.

“untuk semua pendengar disini, saya ingin menyanyikan sebuah lagu dari justin bieber berjudul love yourself. One two three”

for all the time that you rain on my parade

And all the clubs you get in using my name

You think you broke my heart oh girl for goodness sake

You think i’m crying oh my oh well i ain’t......”

“loh bukan nya itu anak yang sering main warnet itu?” Aku terkejut melihat ke arah panggung, si anak yang sering banget ke warnet.

“kamu kenal dia?” tanya opek

“aku cuman tau dia dari warnet, dia sering ke warnet main”

“ooo begitu.... suaranya bagus”



Ketika pria itu turun panggung, aku ingin menyapanya dan mengajak dia untuk makan makan bersama ku, tapi anehnya dia yang menyapa ku duluan. Dia lebih ramah dari perkiraan ku.

“oi bro!” sapa dia menepuk pundak ku

“oi! Kamu anak yang betah di warnet kan? Kok akhir akhir ini jarang ke warnet bro? Mau main bareng aku gak?” josse duduk di antara opek dan aku. Sambil asik mengajak ku untuk bermain ke warnet

“oh ya, lagi ada kerjaan banyak. Bentar lagi UN. Jadi harus belajar lebih benar” jawab ku

“oh ya kenalin, nama aku josse. Kamu?” menunjuk ke aku dan opek

“aku erthan. Dia opek” jawab ku

“salam kenal erthan, salam kenal opek” jawabnya sambil berjabat tangan.

“opek, kamu umur berapa? Keliatannya jauh lebih tua dari kita” tanya dia sambil menekuk kaki kanannya ke bangku nya

“aku tahun ini umur 18 tahun tapi aku gak sekolah. Aku kerja sekarang jadi terlihat tua hahaha” jawab opek dengan santai

“hah?! Kamu masih 18 tahun? Aku pikir kamu jauh lebih tua dari aku hahaha” jawab aku

“kalian temanan tapi kok gak tau umur masing masing? Hahaha kalau ku di bawah kalian 2 tahun” jawab josse

Malam semakin larut, kita pun akhirnya mengakhiri pembicaraan sekitar jam 9 lewat dan opek besok harus bekerja jadi aku pulang bareng opek, rumah satu komplek juga.



Riko

Sekarang menceritakan riko, teman dekat terakhir ku. Dia anak yang kaya dan royal. Anak geng motor tapi baik. Dia anak yang paling besar di antara kita dia umur nya di atas aku 1 tahun, tapi dia berbeda. Dia memiliki keluarga yang benar di antara kita semua. Dia di sayang dan di beri apapun yang dia mau. Hanya saja dia suka menghabiskan uang.

Pertemuannya karena motornya yang mogok di jalan dan aku membantunya menunjukan bengkel motor dimana. Selama perjalanan kami saling mengobrol tentang kehidupan kami masing masing.


To be continued~

Penulis: Devi Stefanny




No comments :

Post a Comment